بسم الله الرØمن الرØيم
Mampukah rumah tangga yang sakinah diawali dengan pacaran?
Pernah ditanyakan oleh seorang ustadz kepada kami,”Yaa ikhwan, mau tidak ente nanti menikah dengan seorang wanita yang bekas dipacari orang 6 tahun?” Kami jawab,”Na’udzubillah, sisa apanya ustadz! Tidak mau yaa ustadz!” Beliau kembali menjawab,”Makanya, ente jangan pacaran! Sebuah rumah tangga yang sakinah mawaddah warrohmah tidak bisa dijembatani dengan kemaksiyatan kepada Allah Ta’ala.”
Masih terngiang nasihat-nasihat beliau dengan jelas, memang tidak mungkin sebuah pernikahan yang mengharapkan ridha dan barokah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala didapatkan jika diawali dengan bermaksiyat kepada-Nya, bagaimana bisa mendapatkan keindahan hidup berumah tangga jika diawali dengan menentang perintah Allah Ta’ala, padahal sudah teramat jelas larangan-larangan itu termaktub dalam Al-Qur’an Al-Kariim, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al Israa’ : 32)
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya…” (QS An-Nuur : 30)
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya…”(QS An-Nuur : 31)
Wahai adik-adikku generasi muda Islam, bukankah telah banyak nasihat dan contoh yang engkau dapatkan tentang kebiasaan pacaran ini, betapa pintu syaithan terbuka luas, seluas-luasnya bagi dua remaja muda-mudi yang sedang berpacaran? Kalau mereka melontarkan beberapa syubhat yang berhubungan dengan pacaran ini maka tidak lain itu hanya alas an yang muncul karena dorongan syahwat mereka belaka, bukan karena petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu bagaimana mungkin engkau akan menukar petunjuk Allah dengan syahwatmu?
Kadang ketika penulis menasihati beberapa anak-anak muda untuk bertaqwa kepada Allah Ta’ala dan menghentikan pacaran mereka membantah dengan perkataan-perkataan yang membuat penulis sedih dan memohon ampun kepada Allah Ta’ala, wahai adik-adiku! Aku mencintaimu karena Allah maka terimalah nasihatku ini…
Perkataan syubhat yang sering mereka bantahkah!Syubhat Pertama : Ada yang berkata,”Ga sebegitunya seh! Yang penting kan kita tidak zina beneran!...”
Wahai adiku remaja muslim, bukankah perkataanmu di atas telah menunjukkan kesombonganmu, bahwa engkau yakin tidak akan terjerumus kepada zina? Padahal engkau telah membuka pintu syaithan untuk menjerumuskanmu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ““Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau (indah memesona), dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kalian sebagai khalifah (penghuni) di atasnya, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memerhatikan amalan kalian. Maka berhati-hatilah kalian terhadap dunia dan wanita, karena sesungguhnya awal fitnah (kehancuran) Bani Israil dari kaum wanita.” (HR. Muslim, dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu)
Memang pacaran telah melenakan banyak generasi muda Islam (bahkan ada yang sudah tidak muda lagi masih pacaran – na’udzubillahi min dzaalik), karena menurut pandangan seorang muslim awam pacaran itu memang manis dan mempesonakan, kadang lebih berbahaya daripada narkoba! Seringkali anak-anak muda melupakan dampah buruknya pacaran dan hanya memikirkan manisnya saja, dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan kita terhadap hal yang mempesonakan ini.. sebuah kesenangan yang menipu! Tidak ada ujungnya kecuali kerusakan dan penyesalan!
Berbagai bentuk perzinaan anggota tubuh yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu: “Telah ditulis bagi setiap Bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia akan melakukannya, kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lidah(lisan) zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, kaki zinanya adalah melangkah, sementara kalbu berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluan lah yang membenarkan atau mendustakan.”
Maka pacaran ini sudah termasuk bagian dari zina, mulai dari saling pandang mata, melempar senyuman, bergandengan tangan, kata-kata merayu dan memanja, sekaligus hati yang berfantasi dan berangan-angan agar lebih dari itu, maka potensi zina lebih diperbesar prosentasenya dengan kehadiran syaithan yang tidak akan pernah absen dari kegiatan seperti ini, dan akhirnya pun berujung dengan benar-benar terjadinya zina.
Mas..mbak..kakak..ading..aa’..teteh..uni..uda semua hal diatas adalah diawali dari kebiasaan meremehkan hukum-hukum yang telah diterapkan oleh Allah Ta’ala, juga kebiasaan meninggalkan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan teladan bagi setiap individu muslim, dan yang terakhir adalah kebiasaan suka melupakan kehadiran pihak ketiga dalam pacaran, yaitu syaithan!
Bahkan perbuatan zina bisa dimulai dari hanya sekedar SMS atau chatting di melalui HP atau Internet, semakin terbuka lebar peluang syaithan untuk menjerumuskan manusia melalui CMBR (canda mesra dan bujuk rayu), kemudian ujung-ujungnya ITDA (isak tangis dan derai air mata), sudah merupakan hal yang umum dan telah banyak kita melihat anak-anak muda menggunakan HPnya untuk sekadar “cekikikan” dan bersayang-sayang-an dengan laki-laki atau perempuan yang bukan mahromnya. Sehingga HP kembali menjadi tertuduh no. 1 sebagai sarana penghantar kehendak syaithan ini. Maka kami menghimbau kepada orang tua agar memberikan batasan pada penggunaan HP anak-anak remaja, mereka masih rentan akan godaan syaithan, apalagi pada remaja yang masih awam terhadap ilmu agama yang syar’i.
Syubhat Kedua : Ada yang berkata,”Kalau tidak pacaran bagaimana nanti mengenal calon istri / suami, nanti kan jadi rusak rumah tangga kalau menikah tanpa saling mengenal pribadi masing-masing!”
Betapa banyak rumah tangga yang hancur karena diawali dengan pacaran, kehidupan rumah tangga mereka hambar, tidak lagi mereka merasakan indahnya malam pertama dan madunya pernikahan, penulis ingat kembali perkataan seorang ustadz,”Bagaimana tidak hambar malam pertama pernikahan mereka, lha wong sudah hapal dari ujung rambut sampai ke ujung kaki!”, akhirnya banyak pengalaman pacaran ini di ulangi oleh masing-masing pasangan (suami atau istri) dengan berselingkuh (pacaran lagi) dengan yang lain walaupun sudah memiliki suami atau istri.
Justru rumah tangga yang dimulai dengan berpacaran sering terjadi pertengkaran di dalamnya, karena ketika terjadi pertengkaran kecil masing-masing pihak saling membuka aib masa lalu mereka, tidak ada saling mengalah dan sering terjadi saling menyalahkan, apalagi pernikahan yang terjadi karena “kecelakaan”, bagaimana mungkin bisa membangun sebuah rumah yang kokoh di pinggir tebing tanah yang mudah longsor? Bagaimana mungkin suatu rumah tangga yang baik disusun dari sebuah perzinahan?Karena sudah sering pacaran dan berganti-ganti pacar sebelumnya, walaupun sudah berumah tangga, sering masih terjadi kontak dengan mantan pacar masing-masing, HP dan telepon sering menjadi penghubung CLBK (cinta lama bersemi kembali), kalau sudah begini maka bagaimana mungkin bisa menyusun suatu bahtera rumah tangga yang sakinah. Virus pacaran memang sering membuat orang ketagihan, bayang-bayang keindahan berdua saat pacaran akan selalu membayangi kehidupan rumah tangga mereka, tidak ketinggalan syaithan berperan serta dalam keadaan ini dan mengipasi syahwat masing-masing pihak yang berselingkuh agar semakin menggelora, hasilnya bisa kita lihat di lingkungan sekitar kita. Dan hukum yang sering terjadi pada laki-laki dan wanita yang gemar pacaran adalah : “rumput halaman tetangga lebih hijau!”.Justru karena telah terlalu mengenal satu sama lain sebelum menikah melalui pacaran sering membuat istri banyak melawan suaminya, banyak istri yang durhaka kepada suami karena merasa derajat mereka sama di dalam rumah tangga, tidak ada lagi ketentuan bahwa seorang laki-laki adalah pemimpin dalam rumah tangganya. Alasan bahwa tidak mengenal pasangan sebelum menikah akan membuat pernikahan hancur adalah sebuah kedustaan yang besar!
Sebaliknya, bunga-bunga keindahan rumah tangga yang diawali tanpa adanya pacaran semakin mekar dan bersemi mengisi hari-hari mereka, mulai dari malam pertama pernikahan mereka hingga tahun-tahun berlalu masih terasa seperti pertemuan yang pertama. Sebagian besar mereka yang menikah tanpa pacaran adalah seorang muslim yang shalih, yang memahami tentang hukum-hukum agamanya, dan tidaklah bisa memperlakukan wanita dengan baik sesuai dengan kehormatan yang diberikan Allah kepada mereka kecuali seorang lelaki yang shalih!
Karena seorang suami yang shalih jika dia menemukan sesuatu yang tidak disukainya dalam diri istrinya maka dia tidak mencelanya dan memukulnya kecuali yang menjadi hak baginya, seorang suami yang shalih akan mendidik istrinya dengan lembut sesuai dengan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bahasan tentang hal ini telah banyak dibahas. Maka ketahuilah wahai para wanita, mana yang akan engkau pilih, mendapatkan seorang calon suami yang gemar pacaran (sudah pasti mereka ini sering gonta-ganti pacar), atau mendapatkan seorang suami yang shalih yang mampu mengantarkanmu menuju surge Allah (insya Allah) dalam naungan ilmu agama yang syar’i? Pilihannya ada pada dirimu!
Syubhat Ketiga : Ada yang berkata,”Bagaimana kita bisa mengetahui sifat dan kejujuran calon suami / istri jika tidak pacaran?”
Ini adalah syubhat yang menggelikan, justru akan kami balik pernyataan di atas dengan pertanyaan, “Bagaimana mungkin engkau menemukan kejujuran dalam pacaran? Bagaimana mungkin engkau menemukan kejujuran dalam maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala?
Adalah sebuah hal yang menggelikan jika seorang wanita menuntut kejujuran kepada seorang laki-laki yang gemar bermaksiat kepada Allah Ta’ala, karena mereka telah kotor dan hatinya terkontaminasi penyakit zina, mereka ini gemar mengumbar pandangan dan nafsu, suka melanggar perintah Allah Ta’ala :
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS An-Nuur : 30)
Bagaimana mungkin seorang laki-laki yang gemar mengotori dirinya (gemar pacaran) akan mampu menjadi pemimpin rumah tangga yang baik? Dan apakah mereka ini mampu mendidik anak-anak mereka menjadi muslim yang shalih? Wahai saudaraku, telah cukup kemunkaran terjadi di muka bumi ini gara-gara bentuk pergaulan yang mengikuti kaum kafirin ini, sudah saatnya engkau kembali kepada jalan Rabb-mu, kepada Al-Qur’an dan sunnah yang shahih, gemar menghadiri dauroh agama dan ta’lim, bukan malah ke mall-mall dan tempat-tempat “mojok” yang banyak syaithannya.
Sebenarnya masih banyak syubhat-syubhat lain yang dilontarkan oleh mereka yang gemar berpacaran ini, seribu satu macam alasan akan selalu ada dan datang dari hati yang kosong dari petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga syahwat yang menggantikan untuk berbicara, namun percayalah wahai saudaraku kaum muslimin, akan senantiasa ada para penyeru-penyeru kebaikan yang hadir dengan mengajarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sesuai dengan pemahaman para pendahulu kita para salafush shalih, mereka tampil membawa pelita ilmu untuk mengarungi negeri ujian yang penuh cobaan ini, yaitu Dunia! Dan selalu sadarilah wahai saudaraku bahwa Allah Ta’ala berfirman :
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu (QS AL-Hadiid : 20).
Kata ku: Terima kasih Suci kerana telah membawa PELITA ILMU buat diri yang masih perlu banyak untuk BELAJAR dan BELAJAR lagi ilmu AGAMA ni. Sesungguhnya ilmu sebegini ni tidak semua dapat dipelajari dari ibubapa mualaf (kedua-dua mak bapa ku memeluk islam selepas kahwin). Di sekolah pendidikan mengikut silibus khas dan mungkin terlepas pandang soal tajuk 'PACARAN' seperti ini. Dan disini...saya akui saya baru mengetahuinya lebih jelas. Hurmm....lepas ni insyaAllah cuba untuk hindari pacaran dan gantikan ia pada penantian untuk membina mahligai keluarga yang sah. :)
SUMBER: Sharing from note Suci. TQ buat sahabat ku Suci :)
Nukilan asal oleh : Andi Abu Najwa. Dikongsikan bersama oleh ukhti Liza. sekadar renungan bersama.
Wallahu a’lam bish showab :Andi Abu Najwa